(13 produk tersedia)
Jenis **bakteri kompos pupuk hewan** yang digunakan dalam proses pengomposan membuat perbedaan yang signifikan dalam kecepatan dan efisiensi produksi kompos. Berikut adalah jenis yang paling umum.
Bakteri ini berkembang dalam lingkungan bersuhu tinggi, biasanya antara 45 dan 70 derajat Celcius. Bakteri termofilik membantu meningkatkan suhu tumpukan kompos. Panas ini sangat penting untuk membunuh benih gulma dan patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Bakteri mesofilik menyukai suhu sedang, yaitu 20 hingga 45 derajat Celcius. Sebagian besar proses pengomposan terjadi karena kerja bakteri mesofilik. Mereka memecah pupuk kandang dan bahan organik untuk melepaskan nutrisi dan karbon dioksida.
Actinomycetes bukanlah bakteri, tetapi organisme filamen yang terkait erat dengan bakteri. Mereka tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembap. Organisme ini penting untuk menguraikan bahan organik yang keras seperti selulosa dan lignin yang ditemukan pada tumbuhan. Mereka memberi kompos yang matang bau tanah yang khas.
Jamur adalah mikroorganisme lain yang memainkan peran penting dalam penguraian bahan organik dalam kompos pupuk hewan. Mereka terkenal dengan struktur dan metode reproduksinya yang unik. Jamur dapat memecah bahan kompleks, termasuk selulosa, lignin, dan kitin. Beberapa jamur tumbuh subur di tumpukan kompos bersuhu tinggi, sementara yang lain bereproduksi di tumpukan yang lebih dingin.
Model yang terurai dalam keadaan tanpa oksigen disebut bakteri anaerob. Mereka memulai proses penguraian dalam tumpukan kompos ketika ada sedikit atau tidak ada oksigen. Meskipun bakteri anaerob bekerja lambat, mereka sangat penting untuk memecah pupuk kandang di tumpukan kompos yang tergenang atau padat.
Bakteri kompos pupuk hewan merupakan kategori luas mikroorganisme dengan beragam fitur. Spesifikasi dan praktik pemeliharaan ini sangat penting untuk proses pengomposan mereka yang efisien.
Bahan Baku yang Didukung
Mikroba kompos dapat berkembang di berbagai jenis pupuk kandang. Setiap jenis menampilkan spesies dan strain tertentu dengan karakteristik unik. Misalnya, dalam pupuk unggas, mikroba seperti Bacillus dan Pseudomonas mendominasi. Pada babi, Bakteri Homofermentatif, Lactobacillus, dan bakteri lainnya dapat ditemukan. Dalam pupuk sapi, bakteri termofilik spesifik dapat hadir, yang mampu menguraikan selulosa dan lignin. Mengetahui bahan baku yang didukung ini dapat membantu bisnis memilih bakteri kompos yang tepat untuk mencapai produk akhir yang diinginkan. Ini juga meningkatkan efisiensi proses pengomposan.
Suhu dan pH Optimal
Setiap mikroba kompos memiliki suhu pertumbuhan dan tingkat pH optimal. Kondisi ini mendukung reproduksi, metabolisme, dan aktivitasnya, yang mengarah pada degradasi kompos yang cepat. Beberapa bakteri kompos tumbuh subur dalam rentang suhu rendah 10-40 derajat Celcius, sementara yang lain lebih suka rentang suhu tinggi 30-70 derajat Celcius. Adapun pH, beberapa lebih suka rentang asam 4-6, sementara yang lain lebih suka rentang netral hingga sedikit basa 6-8. Untuk efisiensi, pengguna harus memantau suhu dan pH dengan cermat dan menyesuaikannya dengan rentang optimal untuk bakteri kompos dominan.
Kandungan Kelembapan
Bakteri kompos membutuhkan tingkat kelembapan tertentu untuk tumbuh subur. Ketika kelembapan terlalu banyak atau terlalu sedikit, aktivitas bakteri ini akan terhambat. Biasanya, kandungan kelembapan ideal sekitar 40 hingga 60 persen. Beberapa strain mungkin memiliki persyaratan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kandungan kelembapan dapat dipantau menggunakan pengukur kelembapan atau dengan merasakan kelembapan bahan kompos.
Nutrisi Tambahan
Nutrisi seperti Nitrogen dan Karbon sangat penting untuk pertumbuhan bakteri kompos. Meskipun beberapa bakteri dapat tumbuh subur dengan nutrisi spesifik dalam bahan kompos, yang lain membutuhkan kombinasi nutrisi yang berbeda untuk tumbuh subur. Ketika beberapa nutrisi kurang, proses pengomposan akan memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penting untuk memantau profil nutrisi bahan kompos dengan cermat. Aditif seperti jerami, serpihan kayu, atau produk berbasis selulosa dapat membantu jika ada kekurangan karbon atau nitrogen dalam bahan tersebut.
Bakteri fermentasi pupuk hewan banyak digunakan dalam peternakan, produksi pertanian, pengolahan limbah, dan bidang lainnya.
Sebelum memilih bakteri pengomposan apa pun untuk pupuk kandang, akan membantu untuk mengetahui manfaat produk tersebut dan bagaimana produk tersebut akan membantu beberapa skenario kasus penggunaan spesifik. Setelah itu jelas, kiat-kiat berikut akan membantu dengan sisa proses pemilihan:
T1: Bisakah pupuk hewan memberikan patogen yang berisiko ketika digunakan dalam kompos?
A1: Ya, limbah hewan mungkin mengandung patogen berbahaya. Namun, patogen ini dapat dibunuh dengan menggunakan metode dan suhu pengomposan yang tepat.
T2: Apakah kompos yang sudah jadi berbau?
A2: Kompos yang dibuat dengan baik seharusnya tidak berbau. Bau yang tidak sedap menunjukkan bahwa tumpukan tidak terkelola, dan bakterinya tidak efektif. Bau juga dapat menunjukkan bahwa kompos sedang mengalami pembusukan daripada penguraian.
T3: Berapa lama pengomposan pupuk kandang?
A3: Prosesnya dapat memakan waktu 2 hingga 12 bulan tergantung pada berbagai faktor seperti suhu, ukuran tumpukan, aerasi, kelembapan, dan rasio karbon-nitrogen.
T4: Bagaimana cara menyimpan pupuk kandang kompos?
A4: Simpan di tempat kering yang jauh dari air limpasan tetapi mudah dijangkau dari lokasi aplikasi yang direncanakan.
T5: Bisakah seseorang menambahkan aditif untuk meningkatkan kompos pupuk kandang?
A5: Ya, menambahkan bahan seperti serpihan kayu, kapur, atau biochar dapat meningkatkan proses atau meningkatkan kualitas produk akhir.